Dari pengalaman pribadi saya, saya berpendapat bahwa fungsi utama belajar selain menghafal itu juga menalar, mampu memahami pelajaran yang telah dihafalkan serta mampu mengambil manfaat darinya untuk kemudian dapat diaplikasikan atau diamalkan di kehidupan sehari hari. Ilmu adalah Pengetahuan atau sebuah cara untuk menjalankan sebuah aktivitas ataupun pekerjaan. Tanpa Ilmunya pekerjaan atau aktifitas yang dilakukan akan menjadi kurang sempurna atau kadang malah salah kaprah. Maka dari itu dalam Agama Islam mencari ilmu itu wajib hukumnya dan satu satunya batas dalam menuntut ilmu yaitu kematian.
Berbicara tentang kegiatan belajar mengajar tentu saja bagi saya akhlak menjadi hal yang sangat penting untuk diperhatikan dan diterapkan. Ada sebuah pepatah yang berbunyi “lihatlah apa yang disampaikan dan jangan melihat siapa yang menyampaikan”. Lantas bagaimana kita bisa menerima apa yang disampaikan orang lain jika baru melihat orangnya saja kita sudah menyepelekan? Dalam hal ini saya pernah mempunyai beberapa pengalaman atau kisah yang bagi saya itu sangat menarik dan mungkin juga akan berguna dan bermanfaat bagi orang lain. Saat saya kelas satu smp saya pernah bertanya kepada teman saya tentang cara mengajar salah satu guru yang saat itu bagi saya cara beliau mengajar agak susah untuk dapat saya pahami. Uniknya jawaban dari teman saya itu benar benar membuat saya terkejut karena menurutnya cara guru saya dalam mengajar itu asyik dan mudah untuk dipahami. Setelah itu saya benar benar berfikir dan merenung tentang apa yang menjadi perbedaan antara saya dan teman saya itu, bahkan hingga sampai Ketika saya lulus smp saya masih bertanya tanya dan masih juga belum menemukan jawabanya. Baru kemudian saat saya di Pesantren sedikit demi sedikit saya mulai memahami dan perlahan mulai menemukan jawaban dari pertanyaan yang telah lama saya cari jawabanya itu. Suatu waktu saat pengambilan jatah makan di Pesantren saya pernah mencoba untuk mendahului antrian lalu kemudian saya ditegur oleh santri yang lebih kecil dari saya agar saya sabar dan mengantri, namun saat menegur dia tersenyum dan tidak tampak raut kesal pada wajahnya, karenanya saya reflek kebelakang untuk mengantri.dan dalam hati saya benar benar merasa malu. Dari kejadian itulah saya mulai berfikir bahwa tidak peduli siapa saja yang menasehati atau menegur atau bahkan sekalipun orang yang menegur atau menasehati itu lebih muda dari saya jika yang disampaikan itu adalah suatu kebenaran maka saya harus menerimanya. Setelah itu saya membuat kesimpulan bahwa mungkin yang membedakan saya dan teman saya waktu di smp dulu itu karena dari awal saya telah merasa kurang cocok pada gurunya dan tanpa sadar saya mulai menyepelekan beliau sehingga apapun yang beliau sampaikan menjadi tidak sampai kepada saya dan karena dari awal saya telah menganggap bahwasanya penjelasan dari beliau itu remeh dan tidak lebih baik dari kesimpulan yang saya pelajari sendiri.
Maka disinilah letak bagaimana pentingnya untuk menekankan Pendidikan akhlak di sekolah, dimana kita tahu bahwasanya sekolah menjadi tempat belajar utama atau menjadi prioritas dalam mendidik anak. Ilmu Akhlak adalah ilmu ilmu yang mempelajari tentang tata krama atau adab adab dalam menunaikan sebuah aktifitas entah itu yang bersifat ibadah ataupun yang bersifat hubungan sosial antar makhluk ciptaan Allah Tuhan Semesta Alam. Dalam buku yang berjudul Akhlak Tasawuf yang ditulis oleh Prof. Dr. Rosihon Anwar, M.Ag. Pengertian ilmu akhlak menurut Ahmad Amin adalah suatu ilmu yang menjelaskan arti baik dan buruk, menerangkan apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia kepada sesamanya, menjelaskan tujuan manusia melakukan sesuatu, dan menjelaskan apa yang harus diperbuat. Maka sudah seharusnya jika Pendidikan akhlak harus dimasukkan sebagai disiplin ilmu yang harus dipelajari dan tidak boleh diajarkan ala kadarnya saja.
Selanjutnya saya akan memberikan gambaran tentang bagaimana pola pengajaran ilmu akhlak yang seharusnya diajarkan di sekolah dari mulai saat di TK hingga saat sudah berada di Sekolah Tinggi sekalipun.
Pengajaran Akhlak di TK.
Berkaca pada Negara Negara maju seperti Jepang, entah itu lewat video reel dalam Instagram ataupun Youtube sering kali saya menjumpai bagaimana sopan santunya anak anak disana, saya pernah menjumpai salah satu video dimana setelah selesai menyebrangi jalan sekumpulan anak anak kecil kisaran usia TK yang berjalan kaki serentak berhenti lalu menundukkan kepala (mirip posisi rukuk) untuk penghormatan kepada pengendara yang telah memberi mereka jalan untuk lewat. Dan saya rasa itu didapat tentu karena pembelajaran dan pembiasaan yang telah diajarkan oleh guru ataupun orang tua mereka, bimbingan yang tepat agar adab dan tata krama yang baik selalu senantiasa dilaksanakan sehingga adab atau tata krama yang baik itu kemudian menjadi sesuatu kebiasaan yang sudah umum atau biasa saja.
Maka sebelum anak anak di ajari tentang berhitung dan membaca akan lebih baik jika anak anak diajari dulu tentang adab atau tata krama tata krama dasar sperti tata krama waktu makan, tata krama Ketika berjabat tangan dengan yang lebih tua, tata krama tentang bagaimana sikap yang seharusnya dilakukan saat bersama teman, diajari untuk selalu berterima kasih setelah diberi sesuatu atau setelah dibantu, diajari agar selalu meminta maaf jika melakukan kesalahan, diajari tentang etika etika atau adab Ketika ke kamar mandi, diajari agar selalu senantiasa berdoa Ketika akan atau setelah bangun tidur, Sehingga semua itu kemudian menjadi karakter atau kebiasaan umum yang lazim atau biasa. Namun mengingat pentingnya bermain bagi perkembangan imajinasi anak anak, maka tentunya pengajaran pengajaran tersebut harus tetap dilakukan dengan menjaga antusias dan kesenangan anak anak. Karena ingatan anak tentang hal yang tidak disukai biasanya sangat kuat dan itu tentu akan berpengaruh pada fase pembelajaran yang selanjutnya atau malah adab adab baik yang seharusnya sudah bisa menjadi karakter atau aktifitas umum yang sudah biasa itu akan terhambat atau malah mungkin gagal untuk menjadi sebuah kebiasan.
Mengingat bagaimana begitu pentingnya peran seorang guru atau pengajar maka sudah seharusnya selain mengajar para guru atau pengajar juga harus tetap memperhatikan tingkah dan sikapnya sehingga kemudian para guru atau pengajar benar benar menjadi teladan bagi para anak didiknya.
Pengajaran Akhlak di Tingkat Madrasah Ibtidaiyah atau Sekolah Dasar
Pada Tingkat ini saya akan membaginya menjadi beberapa tahap. Tahap pertama yaitu saat anak anak duduk di kelas satu MI atau SD yaitu satu tingkat diatas TK, pada tahap ini sebelum anak anak diajari membaca dan berhitung, pengajar harus lebih dulu mengecek dan mengulas Kembali bagaimana penyerapan anak anak tentang pembelajaran yang telah mereka terima Ketika mereka masih berada di TK. Sudahkah mereka mampu untuk membiasakan pengajaran pengajaran akhlak atau tata krama yang telah diberikan oleh para gurunya dahulu. Jika belum maka anak anak harus lebih dulu diajari agar mampu terbiasa dengan perilaku yang sesuai dengan apa yang telah diajarkan, karena Pendidikan karakter lebih sulit diberikan apabila sejak dini nilai nilai itu tidak dibiasakan, karakter yang dibentuk dengan akhlak dan adab yang baik akan menjadi bekal utama untuk menempuh kehidupan sosial di masa depan. Maka itu para anak anak di kelas satu harus sudah mulai terbiasa untuk bertutur halus, sudah harus biasa untuk mengantri dan tidak menyerobot antrian, sudah terbiasa untuk mengecup tangan orang yang lebih tua darinya, sudah mulai terbiasa untuk berterima kasih Ketika diberi atau dibantu dalam suatu hal, sudah mulai terbiasa untuk permisi. Dalam hal ini apa yang menjadi kewajiban siswa harus dilaksanakan oleh para gurunya juga, sehingga penerapan Pendidikan akhlak di tahap ini dapat dilakukan dengan maksimal. Kelas dua dan tiga saya memasukkanya dalam tahap kedua, setelah mampu bersikap dengan baik dan mampu melaksanakan adab adab itu secara terbiasa atau sudah menjadi kebiasaan, maka selanjutnya anak anak diberi pengajaran tentang cara beribadah, mulai dari praktik wudlu hingga solatnya. Akhlak sangat berhubungan erat dengan Fiqih yaitu bidang ilmu yang mempelajari atau membahas tentang tata cara tata cara beribadah yang baik. Akhlak menjadi sesuatu yang tidak bisa lepas dari Fiqih dan begitupun sebaliknya. Maka sudah seharusnya jika Ilmu Fiqih masuk sebagai Ilmu yang wajib dan harus dipelajari di sekolah. Anak anak kelas satu dan tiga sudah lebih besar dari anak anak TK dan anak anak kelas satu walau begitu menakar kemampuan mereka juga sangat penting agar minat mereka dalam belajar tidak luntur ataupun membebani mereka. Maka pendidik dan pengajar di kelas ini harus orang yang berkompeten dan orang yang memiliki tabiat atau perilaku yang baik, orang yang sudah terbiasa melaksanakan adab adab atau perilaku yang baik secara terbiasa dan biasa (sudah menjadi watak). Pada tahap ketiga saya memasukkan kelas empat dan lima kedalamnya, di fase ini anak anak harus sudah terbiasa untuk berakhlak atau beradab sesuai dengan apa yang telah mereka pelajari di TK dan di kelas satu dan dua. Saat mereka sudah terbiasa maka pengajaran tentang cara ibadah di fase ini sudah mulai ditekankan, Tentang wudlu dan syaratnya, tentang solat dan syaratnya, dan tentang perkara perkara yang tidak boleh atau tidak pantas dilakukan Ketika beribadah. Pembelajaran atau pengajaran ibadah bisa dilaksanakan dengan metode praktik, anak anak bersama sama dengan dibimbing pengajar melakukan praktik seperti solat dengan membaca bacaan bacaan solat dengan keras disertai gerakanya. Metode ini bagi saya efektif karena dilakukan bersama dan jika belum hafal akan tertutup oleh teman yang sudah hafal dan kemudia tanpa tekanan untuk menghafal secara perlahan karena terbiasa akan hafal dengan sendirinya. Pada fase ini pengajar haruslah orang yang rajin solat. Pada tahap terakhir yaitu kelas enam, di fase ini anak anak harus sudah sudah bisa melaksanakan wudlu dan solat lima waktu sesuai dengan kaidah dan tuntunan fiqih. Dan anak anak harus sudah mengetahui apa yang dapat membatalkan wudlu dan solat.
Tingkat SMP- PerguruanTinggi
Saat Pendidikan akhlak dan penerapan karakternya sudah tertanam dari kecil, maka pada tingkat selanjutnya apa yang telah menjadi karakter akan melekat dan susah hilangnya. Bahkan Ketika terjadi kesalahan pun jalan untuk kembali terlihat jelas.(A. Jazuli)
Leave a Reply